Tilik (2018) berarti “mengunjungi” dalam bahasa Jawa. Begitu pula dalam film ini, yang mengiringi rombongan ibu-ibu dari desa ke rumah sakit menjenguk ibunya di bawah asuhan kepala desa. Rombongan berangkat ke rumah sakit dengan salah satu truk milik warga. Dan dari dalam truk itulah obrolan dan gosip yang menjadi “bumbu utama” film ini terjadi. Selama perjalanan, Bu Tejo, salah satu orang yang paling banyak dibicarakan di masyarakat, dengan senang hati berbincang dengan Dian, perangkat desa di lingkungannya.
Gadis itu diperbincangkan karena penampilannya yang membuat penduduk desa memandangnya dengan senang. Berdasarkan informasi dari “Internet” dan beberapa gosip, Bu Tejo Dian pun disebut sebagai wanita palsu. Cara Bu Tejo mendorong perempuan lain untuk mendukung ceritanya membuat penonton mengaku “marah”. Namun, tidak semua ibu-ibu di dalam truk setuju dengan perkataan Bu Tejo.
Yu Ning yang tidak setuju dan tidak puas dengan perkataan Bu Tejo. Yu Ning berulang kali mencoba mengingatkan Bu Tejo untuk memperhatikan kata-katanya. Mereka bahkan berdebat karena mereka membela pendapat mereka sendiri. Karakter Bu Tejo tidak hanya sering disebut sebagai aib bagi tetangga, ia juga digambarkan sebagai orang yang suka menyombongkan kekayaannya, yang membuat Yu Ning kesal. Hal ini terlihat dari banyaknya perhiasan yang dikenakannya, meski hanya menjenguk orang sakit.
Bu Tejo juga mudah soal uang, dan dia mempromosikan suaminya sebagai calon Lura baru. Sesampainya di rumah sakit, rombongan ibu-ibu itu ternyata tak bisa menjenguk Lurah karena masih dalam perawatan intensif. Mereka hanya bisa bertemu Fikri, putri kepala desa, dan seorang gadis bernama Dian, yang mereka bicarakan sebelumnya. Di akhir film, penonton tercengang dan bingung karena menampilkan adegan yang berbeda dari apa yang dipikirkan masyarakat tentang cerita film tersebut. Dialog Dian dengan pria paruh baya yang ia sebut “Mas” mungkin bisa menjadi jawaban akhir film ini.